Minggu, 23 Agustus 2015

opini

Menjadi Mahasiswa Yang Organisatoris
Oleh: B.M Mulyanto
Mahasiswa merupakan sebuah kelompok bagian dari masyarakat, yang secara alami menyandang gelar yang mengandung tanggung jawab terhadap kemaslahatan masyarakat dan bangsanya. Namu permasalahan yang terjadi banyak mahasiswa yang tidak menyadari akan tanggung jawabnya. Banyak mahasiswa yang terpaut oleh akademiknya, mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, mencurahkan waktunya untuk menuntut ilmu di kampus, bergulat dengan mata kuliah dan buku-buku diktat bawaan dosen dan mengharapkan IPK tinggi serta lulus tepat waktu. Sebab orientasi mahasiswa yang model ini adalah nilai dan lulus cepat tapi tidak peka terhadap realitas kehidupan sosial masyarakat. Biasanya kehidupannya hanya kampus-pulang-kampus-pulang, alias (kupu-kupu). Mahasiswa yang seperti ini yang nanti saat mereka pulang ke rumah atau terjuan dalam masyarakat umum, mereka bingung apa yang harus di perbuat dan apa yang harus mereka kerjakan untuk kebaikan masyarakat. Kebingunan mereka pasti akan mentok di dalam pikiran, karena dahulu lingkup pergaulan dalam kampus mereka saat masih menjadi mahasiswa sangatlah sempit, relasi pertemanan mereka terbatas dan pengalaman dalam menangani permasalahan lapangan yang ada di masyarakat sedikit. Padahal potensial keilmuan mereka sebagai orang yang memiliki titel dan di percayai mampu dalam menjalan segala hal sangatlah di butuhkan untuk kemajuan masyarakat.
Selain itu, adapula model mahasiswa yang hanya menghura-hurakan uang jajan pemberian orang tua. Hidup mereka mengikuti gerusan zaman yang berkembang, mengikuti arus pergaulan yang terlalu liberal dan kebarat-baratan, dan mengikuti gaya stylis ala manusia yang tidak bermoral. Sayangnya para mahasiswa itu tidak berfikir bahwa perkembangan zaman bersifat absurd, menawarkan kesenang tanpa ada kemanfaatan dan menghancurkan moral keagamaan yang berujung kemasa depan kelam. Tipe mahasiswa ini biasanya bersikap acuh tak acuh terhadap penomena sosial masyarakat yang terjadi. Mereka lebih memilih untuk diam dan tidur dalam kehangatan pergaulan tanpa harus berfikir dan mengeluarkan keringat untuk kemaslahatan masyarakat.
              Ada model mahasiswa yang menjadi aktivis, mereka aktif di organisasi yang berupa organisasi intra kampus, organisasi kemahasiswaan antar kampus, dan organisasi mahasiswa ekstra kampus atau lebih tepatnya organisasi pergerakan mahasiswa. Imagenya di mata mahasiswa lain bahwa mahasiswa model ini biasanya sering bolos, suka membantah dosen, berpenampilan urak-urakan dan lulus terlambat di ambang bayang-banyang (DO) tanpa IPK tinggi. Padahal tidak semua aktivis yang melakukan hal itu, mereka mempunyai pilihan pribadi yang tidak dijadikan sebagai konsekuensi logis untuk menjadi seorang aktivis. Sebab banyak aktivis yang menyelesaikan studinya tepat waktu dengan IPK tinggi, berpenampilan rapi, bersih dan harum tapi tidak menghilangan identitasnya sebagai seorang aktivis. Sebenarnya orientasi mereka menjadi aktivis untuk bergerak melakukan sebuah perubahan untuk kemaslahatan masyarakat sosial yang lebih baik, dan mereka memilih wadah organisasinya sebagai alat untuk mencapai tujuan perubahan.
            Menjadi aktivis adalah sebuah panggila moral sebagai mahasiswa yang berhati nurani, karena tugas mahasiswa sebenarnya adalah penyambung lidah rakyat. Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control sebenarnya tugasnya adalah bukan hanya belajar dan sibuk dengan tugas-tugas,  tapi juga harus membumi ke masyarakat. Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menekankan aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dari sini dapat dilihat konsep yang di inginkan oleh Perguruan Tinggi dengan jelas bahwa ruang lingkup mahasiswa adalah studi dan masyarakat.
            Organisasi pergerakan mahasiswa adalah wadah yang sangat tepat untuk menimba ilmu diluar kampus. Sebab sudah banyak pemimpin besar negara ini yang dahulunya mengambil peran sebagai aktivis untuk mengawal negara dan bangsa melalui organisasi pergerakan. Terkhususkan adalah organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Sebut saja Mahbub Junaidi, Muhammad Zamroni, Surya Darma Ali, Muhaimin Iskandar dan banyak lagi yang menjadi abdi bagi bangsa. Mereka dikenal dan belajar sejak mulai menimba ilmu di kampus. Untuk itu sangat penting bergabung dengan organisasi sejak awal menjadi mahasiswa.
Melihat dewasa ini tingkat persentase jumlah aktivis mahasiswa yang mengikuti organisasi pergerakan sangat kecil, muncul pertanyaan mengapa mahasiswa yang diamanakan sebagai penyambung lidah rakyat justru malah anti pati dengan hal-hal yang berkenaan pengabdian masyarakat. Bahkan mereka hanya mementingkan kesenangan dan kenikmatan semata. Jadi secara subjektif, untuk menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi seorang aktivis adalah sebuah keharusan, yaitu pertama kita sebagai mahasiswa harus melihat telitih dengan mata pengamatan yang tidak menginterprensi bahwa citra aktivis yang tersebar di masyarakat sekarang itu kurang baik. Contoh, sebab aksi anarkis segelintir orang yang tidak bertanggung jawab, kita pukul rata bahwa yang melakukan itu aktivis dan di identikkan aktivis dengan keanarkisan. Pikiran ini yang harus kita pilah-pilah. Kedua, sebagai mahasiswa kita harus menyadari peran mahasiswa sebagai kelompok kedua masyarakat atau kelas menengah pada struktur masyarakat sosial yang menjembatani masyarakat dan pemerintahan. Untuk itu  sebagai mahasiswa kita tidak bisa lepas dari tugas-tugas pengbdian masyarakat dan membiarkan masyarakat, rakyat dan bangsa kita sengsara tidak maju dan tidak berkembang. Dengan itu butuh sebuah organisasi yang menjadikan alat tujuan kemajuan masyarakat, rakyat dang bangsa untuk mencapai sebuah kebaikan yang maslahat.

Organisasi pergerakan mahasiswa, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Asram bangsa Fakultas Syariah & Hukum UIN Sunan Kalijaga mewadahi mahasiswa Fakutas Syariah & Hukum UIN Sunan Kalijaga yang ingin menjadi aktivis dan menjadi mahasiswa yang kreatif. Mahasiswa akan di ajarkan memperpadukan keilmuan dalam kampus dan ilmu-ilmu yang ada di luar kampus untuk kemaslahatan masyarakat. Dan PMII Rayon Asram Bangsa Fakultas Syariah & Hukum UIN Sunan Kaljaga, menjadikan mahasiswa peka terhadap realita dan penomena mahsyarakat yang sedang terjadi, kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak maslahat untuk rakyat, dan berkembang dalam pemekiran serta pendidikan dalam kampus. Jadi jangan berfikir terlalu lama, ayo masuk PMII Rayon Asram Bangsa Fakultas Syariah & Hukum UIN Sunan Kalijaga, untuk menjadi mahasiswa yang kreatif, cerdas, inofatif, kritis dan berpengalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar