Kamis, 23 April 2015

Negeri Yuwana & Kerajaan Upasama
Oleh: Bagas Mulyanto
Dahulu kala ada sebuah negeri yang sangat indah dan permai, negeri itu bernama Yuwana, dalam bahasa Jawa kuno artinya selamat. Keindahan negeri itu disebabkan oleh lautannya tenang, pantainya biru, gunung-gunungnya indah dan hutannya hijau serta asri. Rakyat yang hidup di dalamnya sejahtera, aman dan tentram. Dalam negeri Yuwana ada sebuah kerajaan yang sangat megah dan indah, kerajaan itu bernama kerajaan Upasama. Upasama adalah kerajaan yang bergaya artistik tinggi, Rajanya sangat arif dan bijaksana. Raja itu bernama Raja Cakrawangsa putera dari Pangeran Janggala Raja kerajaan Tohpati. Cakrawangsa mempersunting seorang gadis anggun dan cantik untuk dijadikan Permaisuri dalam kerajaan. Permaisuri itu bernama Inderasari Nastiti gadis keturunan belasteran Melayu-Sunda putri dari ulama terkenal diYuwana yaitu Kiai Qumar. Raja Cakrawangsa dan Ratu Indrasari dikaruniai oleh tuhan dua orang putera yang cerdas dan tampan. Putera pertamanya diberi nama Perwiro Lasmadi Reyin biasa di panggil Pangeran Perwiro dan putera keduanya bernama Kingking Primaning Karunya, terkenal dengan nama Raden Kingking.
Sejak kecil kehidupan dua pangeran itu di habiskan untuk belajar ilmu pengetahun kepada para guru dan para ahli ilmu pengetahuan yang masyhur dinegeri Yuwana. Semua guru dan ahli ilmu dalam negeri itu dipanggil oleh sang raja ke dalam kerajaan untuk mengajarkan dan membimbing ilmu kepada dua pangeran kerajaan Upasama. Semua Ilmu pengetahuan  dipelajarinya dengan giat, dan telaten sehingga ilmu-ilmu yang sedang berkembang di massa itu seperti, ilmu kedokteran/ketabiban, ilmu budi pekerti, ilmu beladiri, ilmu bahasa/syair dan ilmu kejadukan dilahap dengan kenyang oleh kedua pangeran itu dengan waktu yang singkat.
            Suatu hari di kerajaan Upasama Raja Cakrawangsa sedang tidur siang ditilam mewahnya dengan ditemani oleh permaisurinya yang cantik dan jelita yaitu Putri Inderasari, dalam tidurnya Cakrawangsa bermimpi melihat  negeri Yuwana hancur dan rusak, karena ia salah memilih seorang raja untuk melanjutkan estafet kepemimpinannya dalam kerajaan Upasama. Cakrawangsa terbangun dan kaget melototkan mata keatas dengan wajah pucat serta penuh dengan rasa kebingungan karena mimpi yang di peroleh. Cakrawangsa merenung sejenak lalu bergegas menuju ruang dinas. Setelah memakai pakaian lengkap dengan terburu-buru Cakrawangsa duduk disinggah sanahnya dengan wajah yang pucat dan sedikit bingung. Dengan suara lantang sang raja memanggil prajurit serta khodimnya untuk mencari dua putera kesayangannya yang sedang asyik main diladang untuk segera datang menemui sang raja. Dengan gemetar dan berlari para khodim dan prajurit datang menghadap sang Raja, dengan penuh ta’dzim para khodim dan prajurit menundukkan kepala. Raja mengintruksikan untuk mencari kedua puteranya dan segera menghadapnya, para khodim dan prajurit segera berlari untuk mencari dua pangeran dan menyampaikan berita dari sang Raja. Dua pangeran itu menghadap sang Raja dengan pakain kehormatan kerajaan.
Suasan jadi sunyi dan senyap sang Raja Cakrawangsa memulai perkataannya “ wahai anak-anakku, apakah gerangan tau kerisauan dan kegundahan hati ayahmu ini ?“. dengan kepala tertundung untuk menghormati ayahnya sebagai Raja. Dua Pangeran itu menggelengkan kepala tanpa ada satu suarapun yang keluar dari mulut. Mengerti dengan hal itu Raja Cakrawangsa melanjutkan perkataan. “wahai anakku sesungguhnya ayahmu ini mimpi melihat kehancuran negeri Yuwana. Sebab perbuatan dzolim yang di lakuakan Raja setelah ku, sebagai ayahmu dan Raja kerajaan Upasama diNegeri Yuwana aku takut akan hal itu, sebab tongkat estafet kepemimpinan kerajaan ini ada ditangan kalian berdua. Dengan itu sebagai Raja yang bertanggung jawab aku ingin meminta janji serta sumpah kepada kalian untuk kesentosaan kerajaan. Apakah kalian siap untuk berjanji ?. dengan bertanya-tanya dalam hati, mereka sedikit mengangguk. Cakrawangsa melanjutkan perkataan “Janji itu adalah janji untuk tidak menikah sebelum aku meninggal dan menurunkan hak kepemimpinan ini kepada kalian. Karena menurut ku wanita itu adalah jaring-nya nafsu barang siapa yang mendekatinya maka ia akan terperangkap. Hanya wanita yang dapat menghancurkan keimanan lelaki!”. Dengan sedikit keberanian Pangeran Perwiro menyuarakan hatinya, ia berkata “sebelumnya ampun paduka Raja, menurut aku tidak semua wanita itu jahat dan dapat menghancurkan laki-laki, tapi ada juga wanita yang baik hati dan menjadi penyemangat serta tameng dari kejahatan”.
Dengan sedikit merenung Cakrawangsa bersuara “ Sebab itulah yang membuat aku memanggil kalian berdua “memang benar tidak semua wanita jelek, tapi yang ayah takutkan kalian mendapatkan wanita yang tidak tepat sehingga dapat terlena akan keduniawian”. Dengan kepala yang masih menunduk karena takut, kedua pangeran itu menyanggupi permintaan ayahandanya, dengan mengayunkan kepala. Mereka mengatakan “ iya wahai ayahanda kami siap mengikrarkan janjin dan sumpah untuk tidak menikah selama ayahanda masih hidup dan belum memberikan hak kepemimpinan kepada kami“. Mendengar jawaban dan sumpah yang di keluarkan oleh kedua puteranya, Cakrawangsa langsung berseri wajahnya dan tersenyum. Cakrawangsa berkata “bahwa janji adalah janji apabila kalian tidak menepati janji maka akan mendapatkan konsekuensi. Konsekuensinya adalah di keluarkan dari kerajaan dan tidak menjadi raja, apakah kalian siiap?” dengan serentak mereka berkata “siap!!!”
Beberapa hari setelah penyampaian sumpah dikerajaan, waktu itu di sebuah ladang jagung dan tebu kedua pangeran itu merenung bersama, memikirkan nasib mereka. Dewi Nandini wanita cantik dan manis, putri juragan singkong terkenal yaitu Tasiman dari desa Nayaka dinegeri Yuwana, gimana kabarnya?. Tanya dalam diri kedua pangeran. Wanita misterius yang ditemui di persimpangan sawah oleh Pangeran Perwiro dan juga wanita cantik yang manis dalam khayalan Raden Kingking yang nyata ditemui di pasar saat ia membeli pancing. Wanita itu selalu di pikirkan oleh kedua pangeran, tapi kedua adik kakak itu tidak tahu bahwa wanita yang mereka sukai itu sama. Rasa ingin memilikinya dan menjadikan ia sebagai permaisuri dalam pikiran kedua Pangeran, tapi apa daya semua terputus dan harapan melayang sebab sumpah dan ikrar yang menjadi penghalang.
Pangeran Perwiro memulai pembicaraannya dengan berkata “wahai adikku sejujurnya aku tidak tahan dengan semua ini. Aku terkekang dengan sumpah dan ikrar kita. Sesungguhnya aku sudah mempunyai belahan hati, aku sangat mencintainya dan aku ingin menjadikan dia sebagai permaisuri ku. Tapi aku takut untuk perkenalkan dia kepada ayah dan ibu, sebab ia hanya gadis kampung yang tidak memiliki nasab baik”. Dengan memegang janggut Raden Kingkin membalas keluhan Perwiro “sejujurnya wahai kakakku, aku juga tersiksa akan janji dan sumpah kita. Aku sudah memiliki calon permaisuri yang sangat cantik dan manis, ia berhati baik dan berbudi pekerti sopan serta santu. Walau ia tidak memiliki nasab baik tapi aku ingin sekali segera memperkenalkan bidadari cantikku itu kepada ayah dan ibu, lalu aku meminta ijin untuk menikah.  Walau nanti aku tidak diijinkan dan tidak direstui. Aku akan bilang kepada ayah bahwa harta dan tahta itu tidak berarti bagi ku tapi yang berarti dalam hidupku adalah seorang wanita pendamping hidup yang sholeha dan ilmu yang bermanfaat”
 Dengan saling menatap, kedua pangeran itu memikirkan sebuah jalan keluar yang sama. Pangeran Perwiro berkata “bagaimana kalo calon kita, kita bawa ke hadapan ayah dan ibu, lalu kita bilang kepada mereka bahwa kita ingin menikah dan kita membatalkan perjanjian dan ikrar kita”. Memasang senyuman yang berseri Raden Kingking setuju atas usulan kakaknya dan ia berkata “baik kalo begitu besok kita bawa calon kita masing-masing menghadap ayah dan ibu, kita perlihatkan bahwa keputusan atas mimpi itu membawa sengsara kita sebagai anak. Kita katakan bahwa mimpi itu hanya sebatas bunga yang menghiasi tidur”
Keesokan harinya Raden Kingking dan Pangeran Perwiro dengan wajah yang berseri menunggangi kuda kerajaan, bermaksud untuk melamar wanita dambaannya dan membawa wanita itu kedepan ayah dan ibunya untuk meminta restu. Di depan halam rumah yang berpagar bambu kedua pangeran itu berhenti dan memarkirkan kuda mereka. Dengan penuh percaya diri Pangeran Perwiro berjalan menuju pintu dan mengetuknya, “selamat siang apakah ada orang didalam?”. Raden Kingking hanya diam dan berfikir ”apakah wanita yang dimaksud kakaku adalah Dewi Nandini?”, dengan hati yang kecewa Raden Kingking mencoba untuk selalu memasang wajah bahagia didepan kakaknya, agar Pangeran Perwiro tidak mengetahui kegalauan dalam hatinya. Didalam rumah terdengar ada suara wanita dengan lembut menjawab. “iyaa sebentar”. Benar itu suara Dewi Nandini. Dibukakan pintu rumah, penuh terharu dan terkejut Tasiman dan Suryati ayah dan ibunya Dewi Nandini, melihat dua Pangeran datang kerumahnya yang reot. Tasiman mempersilahkan masuk dan duduk kedua Pangeran itu, lalu menyuruh Dewi Nandini untuk membuatkan minuman.
Dengan penuh hormat Tasiman menanyakan prihal kedatangan kedua Pangeran. Perwiro menjelaskan maksud ketangannya tanpa basa-basi, bahwa kedatangannya untuk melamar Dewi Nandini untuk dijadikan istri dan permaisurinya. Dari dapur Dewi Nandini berteriak karena terkena air panas sebab kaget mendengar pembicaraan orang tuanya dengan Pangeran Perwiro. Mendengar teriakan Dewi Nandini, Raden Kingking langsung berlari menuju dapur dan memegang tangan Dewi Nadini untuk diobati. Melihat perihal itu Pangeran perwiro cemburu dan gerang, berteriak dengan lantang” haiii adik maksud mu apa memegang tangan calon istriku?”. Raden Kingking berkata “sebelumnya maaf wahai kakanda sesungguhnya Dewi Nadini ini lah wanita yang aku ceritakan saat di ladang. Kita mencinta satu orang wanita yang sama. Sejujurnya aku mencoba untuk mengalah agar kau yang mempersunting Dewi Nandini. Tapi hati ku berteriak bahwa cinta harus di perjuangkan. Jadi aku akan memperjuangkan cinta ku, apapun konsekuensi yang akan didapat”. Dengan memberanikan diri Dewi Nandini mengeluhkan perasaannya “Sebenarnya dalam diri, aku ingin sekali dipersunting menjadi permaisuri Raden Kingkin bukan permaisuri Pangeran Perwiro. Tapi aku takut untuk bilang kepada ayah dan ibu ku. Apalah daya sebagai seorang rakyat yang baik karena Raja yang bijak dan sebagai seorang anak yang patuh kepada orang tua. Akhirnya aku hanya bisa diam dan pasrah”
Mendengan perkataan Raden Kingking dan Dewi Nandini. Pangeran Porli keluar rumah mengendarai kudanya dengan kencang menuju ladang tempat biasa mereka berdua merenung. Sakit, perih dan berat otak perasaan Pangeran Perwiro sebab cinta ditolak. Ingin sekali dunia ini dihancurkan dan mengganti dunia yang baru agar ia dapat memulai hidup baru, tapi apa daya cinta pasti akan selalu bersarang. Dalam diri sebenarnya tidak dapat menerima. Tapi karna kenyataan menjawab dan akal menerima. Pangeran Perwiro dengan jantan menuju kembali kerumah Dewi Nandini untuk mensetujui hubungan adik dan Dewi Nandini. Sampai dirumah, Tasiman dan Suryati orang tua Dewi Nandi berkata bahwa Dewi Nandi sudah dibawa kekerajaan oleh Raden Kingking untuk meminta restu kepada Raja dan Ratu. Mendengar itu, dengan mengendarai kuda-nya,  Pangeran Perwiro menuju kerajaan.
Sampai kerajaan Pangeran Perwiro melihat Raden Kingking dan Dewi Nandini sedang menghadap Raja Cakrawangsa dan Ratu Inderasari Nastiti. Ia langsung sungkem hormat di depan Raja dan Ratu, lalu duduk dengan khidmat. Cakrawangsa kecewa melihat puteranya mengingkari janji dan sumpah. Melihat kekecewaan ayahnya Pangeran Perwiro langsung berkata “wahai ayah setidaknya engkau merestui mereka karena mereka mempunyai cinta suci yang dibangun bersama”. Mendengar perkataan Pangeran Perwiro, Raden Kingking dan Dewi Nandini tersenyum heran karena tidak menyangkan perkataan Pangeran Perwiro itu melegalkan cinta kasih mereka. Sebagai seorang Rajak yang arif dan bijak Cakrawangsa dengan khusu’ mengambil keputusan. Bahwa ia akan merestui jalinan kasih Raden Kingking dan Dewin Nandini. Denga beberapa ketentuan yaitu Raden Kingking harus pasrah menerima konsekuensi janji dari sumpah yang dahulu ia keluarkan. Dengan berat hati menerima konsekuensi sumpah dan janjinya. Tapi ia dapat menikah dengan Dewi Nandini dan direstui oleh ayah dan ibunya selaku Raja dan Ratu kerajaan Upasama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar