Negeri Yuwana & Kerajaan Upasama
Oleh: Bagas Mulyanto
Dahulu kala ada sebuah negeri yang sangat indah dan permai, negeri
itu bernama Yuwana, dalam bahasa Jawa kuno artinya selamat. Keindahan negeri
itu disebabkan oleh lautannya tenang, pantainya biru, gunung-gunungnya indah
dan hutannya hijau serta asri. Rakyat yang hidup di dalamnya sejahtera, aman
dan tentram. Dalam negeri Yuwana ada sebuah kerajaan yang sangat megah dan
indah, kerajaan itu bernama kerajaan Upasama. Upasama adalah kerajaan yang
bergaya artistik tinggi, Rajanya sangat arif dan bijaksana. Raja itu bernama
Raja Cakrawangsa putera dari Pangeran Janggala Raja kerajaan Tohpati.
Cakrawangsa mempersunting seorang gadis anggun dan cantik untuk dijadikan
Permaisuri dalam kerajaan. Permaisuri itu bernama Inderasari Nastiti gadis
keturunan belasteran Melayu-Sunda putri dari ulama terkenal diYuwana yaitu Kiai
Qumar. Raja Cakrawangsa dan Ratu Indrasari dikaruniai oleh tuhan dua orang
putera yang cerdas dan tampan. Putera pertamanya diberi nama Perwiro Lasmadi
Reyin biasa di panggil Pangeran Perwiro dan putera keduanya bernama Kingking
Primaning Karunya, terkenal dengan nama Raden Kingking.
Sejak kecil kehidupan dua pangeran itu di habiskan untuk belajar
ilmu pengetahun kepada para guru dan para ahli ilmu pengetahuan yang masyhur
dinegeri Yuwana. Semua guru dan ahli ilmu dalam negeri itu dipanggil oleh sang
raja ke dalam kerajaan untuk mengajarkan dan membimbing ilmu kepada dua
pangeran kerajaan Upasama. Semua Ilmu pengetahuan dipelajarinya dengan giat, dan telaten
sehingga ilmu-ilmu yang sedang berkembang di massa itu seperti, ilmu
kedokteran/ketabiban, ilmu budi pekerti, ilmu beladiri, ilmu bahasa/syair dan
ilmu kejadukan dilahap dengan kenyang oleh kedua pangeran itu dengan waktu yang
singkat.
Suatu hari di kerajaan Upasama Raja
Cakrawangsa sedang tidur siang ditilam mewahnya dengan ditemani oleh
permaisurinya yang cantik dan jelita yaitu Putri Inderasari, dalam tidurnya
Cakrawangsa bermimpi melihat negeri
Yuwana hancur dan rusak, karena ia salah memilih seorang raja untuk melanjutkan
estafet kepemimpinannya dalam kerajaan Upasama. Cakrawangsa terbangun dan kaget
melototkan mata keatas dengan wajah pucat serta penuh dengan rasa kebingungan
karena mimpi yang di peroleh. Cakrawangsa merenung sejenak lalu bergegas menuju
ruang dinas. Setelah memakai pakaian lengkap dengan terburu-buru Cakrawangsa
duduk disinggah sanahnya dengan wajah yang pucat dan sedikit bingung. Dengan suara
lantang sang raja memanggil prajurit serta khodimnya untuk mencari dua putera
kesayangannya yang sedang asyik main diladang untuk segera datang menemui sang
raja. Dengan gemetar dan berlari para khodim dan prajurit datang menghadap sang
Raja, dengan penuh ta’dzim para khodim dan prajurit menundukkan kepala. Raja mengintruksikan
untuk mencari kedua puteranya dan segera menghadapnya, para khodim dan prajurit
segera berlari untuk mencari dua pangeran dan menyampaikan berita dari sang
Raja. Dua pangeran itu menghadap sang Raja dengan pakain kehormatan kerajaan.
Suasan jadi sunyi dan senyap sang Raja Cakrawangsa memulai
perkataannya “ wahai anak-anakku, apakah gerangan tau kerisauan dan kegundahan
hati ayahmu ini ?“. dengan kepala tertundung untuk menghormati ayahnya sebagai
Raja. Dua Pangeran itu menggelengkan kepala tanpa ada satu suarapun yang keluar
dari mulut. Mengerti dengan hal itu Raja Cakrawangsa melanjutkan perkataan. “wahai
anakku sesungguhnya ayahmu ini mimpi melihat kehancuran negeri Yuwana. Sebab perbuatan
dzolim yang di lakuakan Raja setelah ku, sebagai ayahmu dan Raja kerajaan
Upasama diNegeri Yuwana aku takut akan hal itu, sebab tongkat estafet
kepemimpinan kerajaan ini ada ditangan kalian berdua. Dengan itu sebagai Raja
yang bertanggung jawab aku ingin meminta janji serta sumpah kepada kalian untuk
kesentosaan kerajaan. Apakah kalian siap untuk berjanji ?. dengan bertanya-tanya
dalam hati, mereka sedikit mengangguk. Cakrawangsa melanjutkan perkataan “Janji
itu adalah janji untuk tidak menikah sebelum aku meninggal dan menurunkan hak
kepemimpinan ini kepada kalian. Karena menurut ku wanita itu adalah jaring-nya
nafsu barang siapa yang mendekatinya maka ia akan terperangkap. Hanya wanita yang
dapat menghancurkan keimanan lelaki!”. Dengan sedikit keberanian Pangeran
Perwiro menyuarakan hatinya, ia berkata “sebelumnya ampun paduka Raja, menurut
aku tidak semua wanita itu jahat dan dapat menghancurkan laki-laki, tapi ada
juga wanita yang baik hati dan menjadi penyemangat serta tameng dari
kejahatan”.
Dengan sedikit merenung Cakrawangsa bersuara “ Sebab itulah yang
membuat aku memanggil kalian berdua “memang benar tidak semua wanita jelek,
tapi yang ayah takutkan kalian mendapatkan wanita yang tidak tepat sehingga
dapat terlena akan keduniawian”. Dengan kepala yang masih menunduk karena
takut, kedua pangeran itu menyanggupi permintaan ayahandanya, dengan mengayunkan
kepala. Mereka mengatakan “ iya wahai ayahanda kami siap mengikrarkan janjin
dan sumpah untuk tidak menikah selama ayahanda masih hidup dan belum memberikan
hak kepemimpinan kepada kami“. Mendengar jawaban dan sumpah yang di keluarkan
oleh kedua puteranya, Cakrawangsa langsung berseri wajahnya dan tersenyum.
Cakrawangsa berkata “bahwa janji adalah janji apabila kalian tidak menepati
janji maka akan mendapatkan konsekuensi. Konsekuensinya adalah di keluarkan
dari kerajaan dan tidak menjadi raja, apakah kalian siiap?” dengan serentak
mereka berkata “siap!!!”
Beberapa hari setelah penyampaian sumpah dikerajaan, waktu itu di
sebuah ladang jagung dan tebu kedua pangeran itu merenung bersama, memikirkan
nasib mereka. Dewi Nandini wanita cantik dan manis, putri juragan singkong terkenal
yaitu Tasiman dari desa Nayaka dinegeri Yuwana, gimana kabarnya?. Tanya dalam
diri kedua pangeran. Wanita misterius yang ditemui di persimpangan sawah oleh
Pangeran Perwiro dan juga wanita cantik yang manis dalam khayalan Raden
Kingking yang nyata ditemui di pasar saat ia membeli pancing. Wanita itu selalu
di pikirkan oleh kedua pangeran, tapi kedua adik kakak itu tidak tahu bahwa
wanita yang mereka sukai itu sama. Rasa ingin memilikinya dan menjadikan ia
sebagai permaisuri dalam pikiran kedua Pangeran, tapi apa daya semua terputus
dan harapan melayang sebab sumpah dan ikrar yang menjadi penghalang.
Pangeran Perwiro memulai pembicaraannya dengan berkata “wahai
adikku sejujurnya aku tidak tahan dengan semua ini. Aku terkekang dengan sumpah
dan ikrar kita. Sesungguhnya aku sudah mempunyai belahan hati, aku sangat
mencintainya dan aku ingin menjadikan dia sebagai permaisuri ku. Tapi aku takut
untuk perkenalkan dia kepada ayah dan ibu, sebab ia hanya gadis kampung yang
tidak memiliki nasab baik”. Dengan memegang janggut Raden Kingkin membalas
keluhan Perwiro “sejujurnya wahai kakakku, aku juga tersiksa akan janji dan
sumpah kita. Aku sudah memiliki calon permaisuri yang sangat cantik dan manis,
ia berhati baik dan berbudi pekerti sopan serta santu. Walau ia tidak memiliki
nasab baik tapi aku ingin sekali segera memperkenalkan bidadari cantikku itu
kepada ayah dan ibu, lalu aku meminta ijin untuk menikah. Walau nanti aku tidak diijinkan dan tidak
direstui. Aku akan bilang kepada ayah bahwa harta dan tahta itu tidak berarti
bagi ku tapi yang berarti dalam hidupku adalah seorang wanita pendamping hidup
yang sholeha dan ilmu yang bermanfaat”
Dengan saling menatap, kedua
pangeran itu memikirkan sebuah jalan keluar yang sama. Pangeran Perwiro berkata
“bagaimana kalo calon kita, kita bawa ke hadapan ayah dan ibu, lalu kita bilang
kepada mereka bahwa kita ingin menikah dan kita membatalkan perjanjian dan
ikrar kita”. Memasang senyuman yang berseri Raden Kingking setuju atas usulan
kakaknya dan ia berkata “baik kalo begitu besok kita bawa calon kita
masing-masing menghadap ayah dan ibu, kita perlihatkan bahwa keputusan atas
mimpi itu membawa sengsara kita sebagai anak. Kita katakan bahwa mimpi itu
hanya sebatas bunga yang menghiasi tidur”
Keesokan harinya Raden Kingking dan Pangeran Perwiro dengan wajah
yang berseri menunggangi kuda kerajaan, bermaksud untuk melamar wanita
dambaannya dan membawa wanita itu kedepan ayah dan ibunya untuk meminta restu.
Di depan halam rumah yang berpagar bambu kedua pangeran itu berhenti dan
memarkirkan kuda mereka. Dengan penuh percaya diri Pangeran Perwiro berjalan
menuju pintu dan mengetuknya, “selamat siang apakah ada orang didalam?”. Raden
Kingking hanya diam dan berfikir ”apakah wanita yang dimaksud kakaku adalah
Dewi Nandini?”, dengan hati yang kecewa Raden Kingking mencoba untuk selalu
memasang wajah bahagia didepan kakaknya, agar Pangeran Perwiro tidak mengetahui
kegalauan dalam hatinya. Didalam rumah terdengar ada suara wanita dengan lembut
menjawab. “iyaa sebentar”. Benar itu suara Dewi Nandini. Dibukakan pintu rumah,
penuh terharu dan terkejut Tasiman dan Suryati ayah dan ibunya Dewi Nandini,
melihat dua Pangeran datang kerumahnya yang reot. Tasiman mempersilahkan masuk
dan duduk kedua Pangeran itu, lalu menyuruh Dewi Nandini untuk membuatkan
minuman.
Dengan penuh hormat Tasiman menanyakan prihal kedatangan kedua
Pangeran. Perwiro menjelaskan maksud ketangannya tanpa basa-basi, bahwa
kedatangannya untuk melamar Dewi Nandini untuk dijadikan istri dan
permaisurinya. Dari dapur Dewi Nandini berteriak karena terkena air panas sebab
kaget mendengar pembicaraan orang tuanya dengan Pangeran Perwiro. Mendengar
teriakan Dewi Nandini, Raden Kingking langsung berlari menuju dapur dan
memegang tangan Dewi Nadini untuk diobati. Melihat perihal itu Pangeran perwiro
cemburu dan gerang, berteriak dengan lantang” haiii adik maksud mu apa memegang
tangan calon istriku?”. Raden Kingking berkata “sebelumnya maaf wahai kakanda
sesungguhnya Dewi Nadini ini lah wanita yang aku ceritakan saat di ladang. Kita
mencinta satu orang wanita yang sama. Sejujurnya aku mencoba untuk mengalah
agar kau yang mempersunting Dewi Nandini. Tapi hati ku berteriak bahwa cinta harus
di perjuangkan. Jadi aku akan memperjuangkan cinta ku, apapun konsekuensi yang
akan didapat”. Dengan memberanikan diri Dewi Nandini mengeluhkan perasaannya “Sebenarnya
dalam diri, aku ingin sekali dipersunting menjadi permaisuri Raden Kingkin
bukan permaisuri Pangeran Perwiro. Tapi aku takut untuk bilang kepada ayah dan
ibu ku. Apalah daya sebagai seorang rakyat yang baik karena Raja yang bijak dan
sebagai seorang anak yang patuh kepada orang tua. Akhirnya aku hanya bisa diam
dan pasrah”
Mendengan perkataan Raden Kingking dan Dewi Nandini. Pangeran Porli
keluar rumah mengendarai kudanya dengan kencang menuju ladang tempat biasa
mereka berdua merenung. Sakit, perih dan berat otak perasaan Pangeran Perwiro
sebab cinta ditolak. Ingin sekali dunia ini dihancurkan dan mengganti dunia
yang baru agar ia dapat memulai hidup baru, tapi apa daya cinta pasti akan
selalu bersarang. Dalam diri sebenarnya tidak dapat menerima. Tapi karna
kenyataan menjawab dan akal menerima. Pangeran Perwiro dengan jantan menuju
kembali kerumah Dewi Nandini untuk mensetujui hubungan adik dan Dewi Nandini.
Sampai dirumah, Tasiman dan Suryati orang tua Dewi Nandi berkata bahwa Dewi
Nandi sudah dibawa kekerajaan oleh Raden Kingking untuk meminta restu kepada
Raja dan Ratu. Mendengar itu, dengan mengendarai kuda-nya, Pangeran Perwiro menuju kerajaan.
Sampai kerajaan Pangeran Perwiro melihat Raden Kingking dan Dewi
Nandini sedang menghadap Raja Cakrawangsa dan Ratu Inderasari Nastiti. Ia
langsung sungkem hormat di depan Raja dan Ratu, lalu duduk dengan khidmat. Cakrawangsa
kecewa melihat puteranya mengingkari janji dan sumpah. Melihat kekecewaan
ayahnya Pangeran Perwiro langsung berkata “wahai ayah setidaknya engkau
merestui mereka karena mereka mempunyai cinta suci yang dibangun bersama”.
Mendengar perkataan Pangeran Perwiro, Raden Kingking dan Dewi Nandini tersenyum
heran karena tidak menyangkan perkataan Pangeran Perwiro itu melegalkan cinta
kasih mereka. Sebagai seorang Rajak yang arif dan bijak Cakrawangsa dengan
khusu’ mengambil keputusan. Bahwa ia akan merestui jalinan kasih Raden Kingking
dan Dewin Nandini. Denga beberapa ketentuan yaitu Raden Kingking harus pasrah menerima
konsekuensi janji dari sumpah yang dahulu ia keluarkan. Dengan berat hati
menerima konsekuensi sumpah dan janjinya. Tapi ia dapat menikah dengan Dewi
Nandini dan direstui oleh ayah dan ibunya selaku Raja dan Ratu kerajaan
Upasama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar